Sejarah Singkat dan pemikirannya Al-qindi
Nama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya`qub ibn Ishaq ibn
Shabbah ibn Imran ibn Isma`il ibn Muhammad ibn al-Asy’ath ibn Qais al-Kindi.
Tahun kelahiran dan kematian al-Kindi tidak diketahui secara jelas. Yang dapat
dipastikan tentang hal ini adalah bahwa ia hidup pada masa kekhalifahan al-Amin
(809-813), al-Ma’mun (813-833), al-Mu’tasim (833-842), al-Wathiq (842-847), dan
al-Mutawakkil (847-861).
Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan
karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt
al-Hikmah oleh al-Ma’mun, al-Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan
penerjemahan ini. Di samping menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki
terjemahan-terjemahan sebelumnya. Karena keahlian dan keluasan pandangannya, ia
diangkat sebagai ahli di istana dan menjadi guru putra Khalifah al-Mu’tasim,
Ahmad.
Ia adalah filosof berbangsa Arab dan dipandang sebagai
filosof Muslim pertama. Memang, secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga
berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar daerah
Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan
filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan
pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang
berkembang pada saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat
menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi,
adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah
ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai
keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di
sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi.
Yang paling utama dari seluruh cakupan matematika di sini
adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak
akan ada sesuatu apapun. Di sini kita bisa melihat samar-samar pengaruh
filsafat Pitagoras.
Al-Kindi membagi daya jiwa menjadi tiga: daya bernafsu
(appetitive), daya pemarah (irascible), dan daya berpikir (cognitive atau
rational). Sebagaimana Plato, ia membandingkan ketiga kekuatan jiwa ini dengan
mengibaratkan daya berpikir sebagai sais kereta dan dua kekuatan lainnya
(pemarah dan nafsu) sebagai dua ekor kuda yang menarik kereta tersebut. Jika
akal budi dapat berkembang dengan baik, maka dua daya jiwa lainnya dapat
dikendalikan dengan baik pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh
dorongan-dorongan nafsu birahi dan amarah diibaratkan al-Kindi seperti anjing
dan babi, sedang bagi mereka yang menjadikan akal budi sebagai tuannya, mereka
diibaratkan sebagai raja.
Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan untuk
menggugat kebenaran wahyu atau untuk menuntut keunggulan yang lancang atau
menuntut persamaan dengan wahyu. Filsafat haruslah sama sekali tidak mengajukan
tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran dan mau merendahkan dirinya
sebagai penunjang bagi wahyu.
Ia mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang
segala sesuatu sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Karena itu, al-Kindi
dengan tegas mengatakan bahwa filsafat memiliki keterbatasan dan bahwa ia tidak
dapat mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka, dan kehidupan akhirat.
Dalam semangat ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia ex nihilio,
kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran
dunia oleh Tuhan.
(Source: Sekilas sejarah pemikiran filosof di atas dinukil
dari buku Tujuh Filsuf Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Modern, diterbitkan oleh
LKiS, dikarang oleh Zainul Hamdi -warga Averroes)
0 Response to "Sejarah Singkat dan pemikirannya Al-qindi"
Posting Komentar