PENDEKATAN TEOLOGI
DALAM PENELITIAN
AGAMA
I.
Pengertian
Teologi berasal
dari kata “ology” dan “theos” dan dijadikan Bahasa Indonesia maka menjadi
teologi. “ology” berakar dari kata Greek yang kemudian menjadi “logos” berarti
“percakapan”, “pengkajian” dan “penelitian”. Tujuan yang terpenting penelitian
adalah logos itu sendiri dari pada benda-benda yang menjadi subjeknya.
Sedangkan theos dalam bahasa greek berarti “Tuhan” dan atau sesuatu yang
berkenaan dengan Tuhan. Jadi Teologi dalam bahasa greek adalah penelitian
secara rasional segala sesuatu yang berkenaan dengan ke-Tuhanan. Jadi, Teologi
merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari pengetahuan tentang
hakekat Tuhan serta keberadaan-Nya.
Oleh sebab itu
berbicara tentang teologi maka dengan sendirinya kita membicarakan tentang
Tuhan yang dari dahulu sampai sekarang selalu aktual untuk dibicarakan, hal ini
menunjukkan bahwa manusia memerlukan Tuhan dalam menjawab dan memaknai segala
aspek kehidupannya terutama sekali yang berhubungan denan moral dan ilmu
pengetahuan.
Sedangkan agama berasal dari kata sanskrit yang terdiri dari dua kata yaitu; “a” maknanya sama dengan tidak, sedangkan “gam” maknanya sama dengan pergi. Jadi agama yang dimaksud disini adalah sesuatu yang tidak pergi; tidak pergi dari dalam arti bersifat tetap, diwarisi secara turun temurun. Bisa juga agama yang berarti penganut kepercayaan yang memiliki kitab suci. Ada juga gam berarti tuntutan yang mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntutan penganutnya. Secara Khusus agama dalam pengertian Syari’at Islam yang bersumber dari Bahasa Arab dikenal dengan kata dien ( الدين ) yang berarti menguasai, menunjukkan, patuh, hutang balasan, kebiasaan. Jadi agama adalah suatu aturan yang menjadi landasan hukum agar dapat membawa kepada kepatuhan umatnya sebagai hutang yang harus dibayar dengan melaksanakan kewajiban yang sudah digarsikan oleh Allah SWT. Allah SWT dalam al-Qur,an menyebutkan makna agama dalam konteks umum dengan menggunakan kata dien Sebagaimana Firman-Nya dalam Surah al-Baqarah ayat 256:
Artinya:
Sedangkan agama berasal dari kata sanskrit yang terdiri dari dua kata yaitu; “a” maknanya sama dengan tidak, sedangkan “gam” maknanya sama dengan pergi. Jadi agama yang dimaksud disini adalah sesuatu yang tidak pergi; tidak pergi dari dalam arti bersifat tetap, diwarisi secara turun temurun. Bisa juga agama yang berarti penganut kepercayaan yang memiliki kitab suci. Ada juga gam berarti tuntutan yang mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntutan penganutnya. Secara Khusus agama dalam pengertian Syari’at Islam yang bersumber dari Bahasa Arab dikenal dengan kata dien ( الدين ) yang berarti menguasai, menunjukkan, patuh, hutang balasan, kebiasaan. Jadi agama adalah suatu aturan yang menjadi landasan hukum agar dapat membawa kepada kepatuhan umatnya sebagai hutang yang harus dibayar dengan melaksanakan kewajiban yang sudah digarsikan oleh Allah SWT. Allah SWT dalam al-Qur,an menyebutkan makna agama dalam konteks umum dengan menggunakan kata dien Sebagaimana Firman-Nya dalam Surah al-Baqarah ayat 256:
Artinya:
“tidak ada paksaan
untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut
dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Maka pendekatan
teologi dalam penelitian agama yang dimaksud disini adalah pembahasan materi
tentang ekisistensi Tuhan dan tuhan-tuhan dalam sebuah konsep nilai-nilai
ketuhanan yang terkontruksi dengan baik sehingga pada akhirnya menjadi sebuah
agama atau aliran kepercayaan.
II.
Sejarah
Teologi
Para filosof lslam
terdahulu menjadikan Tuhan, alam dan Manusia (Theo, cosmes dan antrophos)
sebagai alat untuk menganalisa dirinya sendiri yang tidak dimiliki oleh mahluk
lainnya. Sebab dengan metode ini para ahli teologi tidak hanya membicarakan
bagaimana sesungguhnya manusia berbicara tentang Tuhan; teologi juga berbicara
lebih jauh tentang bentuk-bentuk ekpresi yang lebih baik dan ekpresi yang lebih
buruk serta mencari defenisi yang berimbang mengenai pembicaraan khusus tentang
Tuhan.
Jan Hendrik Rapar
mengungkapkan bahwa teologi merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempelajari dan mencari tahu tentang hakekat, makna dan eksistensi Tuhannya
dalam kehidupan keseharian, oleh sebab itu pembicaraan tentang Tuhan menjadi
tetap aktual setiap waktu yang tidak pernah lesu.
Adapun periodesasi
perkembangan Ilmu Teologi sebagaimana diungkapkan Juhaya S. Praja dalam bukunya
terbagi menjadi tiga yaitu:
“Dalam sejarahnya
teologi mengalami tiga orde. Orde pertama, ahli teologi bertugas untuk
mengambarkan Tuhan, manusia dan dunia sebagaimana apa adanya. Ketika muncul
kesadaran konsep-konsep teologis secara fundamental adalah bangunan imaginatif,
bukan abtraksi atau generalisasi, atau deduksi dari persepsi-persepsi, kita
memasuki teologi orde kedua. Pada orde ini teologi berupaya memberi jawaban
atas orientasi dalam kehidupan, bagaimana manusia menghadapi
kebutuhan-kebutuhannya dalam menghadapi kehidupan. Orde kedua ini meninggalkan
suatu konflik sehingga datang orde ketiga. Orde ini mendirikan bangunan yang
dibuat dengan hati-hati dalam upaya melayani kebutuhan manusia kontemporer.”
Berdasarkan tiga
orde periodesasi sejarah perkembangan Ilmu Teologi ini meliputi tiga unsur
pokok; Tuhan, manusia dan alam. Dimana ketiga komponen ini saling keterkaitan
tidak bisa dipisahkan walaupun memiliki unsur-unsur yang sangat berbeda.
1.
Teologi
Generasi Pertama
Para ahli teologi
pada periode pertama ini hanya mengambarkan tentang hakekat ketiga unsur diatas
(Tuhan, manusia dan alam) apa adanya.
a.
Tuhan
Pengenalan manusia
dengan Tuhan dan para tuhan melalui berbagai cara ada yang langsung bertemu
dengan Tuhannya dan ada yang melalui pengembaraan batin. Maka dalam
pengembaraan dan pertemuan tersebut, manusia mengenal tuhannya melalui dualisme
teologi, yaitu: monotheisme dan polytheisme. Monotheisme adalah penganut paham
bahwa Tuhan itu hanya satu dan pholytheisme adalah penganut paham tuhan itu
banyak. Adapun penganut monotheisme yang menganggap bahwa Tuhan itu hanya satu,
sebagaimana yang dianut oleh agama-agama samawi (agama yang berasal dari
langit) merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT terhadap umatnya melalui
perantaraan para rasul-rasul-Nya seperti Islam, Yahudi dan Nasrani.
Kedua, penganut
paham polytheisme yang menganggap bahwa tuhan itu banyak, sebagaimana yang
dianut oleh Agama-Agama ardhi (agama yang berasal dari bumi) merupakan hasil
perpaduan pemikiran dan meditasi manusia, perpaduan alam nyata dengan alam
hayal untuk mencari sebuah kebenaran yang hakiki. Dalam Agama Hindu atau Budha
menganggap tuhan adalah para dewa yang selalu menebarkan benih-benih kebaikan
untuk umat manusia sebagaimana yang digambarkan dalam cerita Dewa Shinta dan
Brahmana. Dalam Agama kongfuse juga menganal tuhannya digambar dengan para dewa
di Langgit yang terdiri dari unsur Dewa hujan, Dewa panas dan Dewa penebar
bencana dan Dewa kebaikan. Begitu juga, dengan paham animisme dan dinamisme
juga dianggap sebagai agama sebab mereka menyakini adanya kekuatan yang lain
selain manusia yang bernuansa mistik. Mereka berkeyakinan bahwa roh nenek
moyang mereka masih hidup dialam tidak nyata. Roh nenek moyang ini bisa
memberikan keselamatan bagi mereka jika mereka berbuat baik pada hal-hal yang
dianggap tabu, akan tetapi, sebaliknya roh tersebut juga bisa marah dan
tersinggung jika mereka melanggar sesuatu yang dianggap tabu, kemarahan
tersebut mereka yakini melalui terjadi musibah yang menimpanya seperti sakit,
banjir, tanah longsor, ribut dan lain sebagainya.
Para Filosof
terdahulu menganggap tuhan sesuatu yang ada tidak ada tapi ada dan yang ada
tersebut tidak dapat didefenisikan hanya dapat dirasakan, seperti teori
Aristoteles yang menyebutkan Tuhan adalah sesuatu penggerak yang tidak
bergerak, yaitu yang menjadi sebab pertama bagi gerak seluruh alam, sehingga sampai
pada titik kesimpulannya bahwa tuhan pasti ada sebab metafisiknya adalah
eksistensi. Begitu juga dengan Plato dan Neo-Plotinus yang memandang Allah itu
Esa termasuk dalam sebutan nama Allah dan asmaul Husna-Nya.(Esa dalam
pengertian metafisik disini berbeda dengan Esa dalam pengertian metafisik
Aristoteles)
Secara khusus dalam Ajaran Islam, konsep tentang Tuhan adalah gagasan dasar pembicaraan tentang Tuhan adalah berusaha dengan sungguh-sungguh mengungkapkan sesuatu yang tersirat sehingga dapat menangkap inti sari dari masalah atau dengan kata lain gagasan dasar Islam tentang Tuhan adalah ke-Esa-an-Nya dan keterikatan mahluk-Nya terhadap Tuhan Yang Esa.
Secara khusus dalam Ajaran Islam, konsep tentang Tuhan adalah gagasan dasar pembicaraan tentang Tuhan adalah berusaha dengan sungguh-sungguh mengungkapkan sesuatu yang tersirat sehingga dapat menangkap inti sari dari masalah atau dengan kata lain gagasan dasar Islam tentang Tuhan adalah ke-Esa-an-Nya dan keterikatan mahluk-Nya terhadap Tuhan Yang Esa.
b.
Manusia
Kajian Ilmu
tentang manusia disebut antropologi, yang berasal dari Bahasa Yunani berarti
orang atau manusia sedangkan logos maknanya ilmu. Jadi antropologi membahas
tentang manusia serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Oleh sebab itu kajian
tentang hakekat manusia itu sendiri ternyata dari dahulu sampai sekarang belum
habis-habisnya untuk dibahas. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah salah satu
mahluk ciptaan Tuhan yang misterius.
Louis Leahy mencoba mengngungkapkan manusia dalam bukunya bahwa dilihat dari kajian keilmuan manusia terdiri dari sel-sel, daging, tulang, saraf darah dan lain sebagainya sehingga membentuk fisik.yang dibarengi dengan roh kemudian tumbuh dewasa sejalan dengan perkembangnya akal, budi sehingga ia dapat mengerti bahasa yang dapat menyaluran apa saja yang ada dalam dirinya seperti perasaan, pikiran dan lain sebagainya terhadap lingkungannya, Akan tetapi semuanya ini belum memberikan kepuasan jawab yang sesungguhnya tentang hakekat inti manusia itu sendiri.
Louis Leahy mencoba mengngungkapkan manusia dalam bukunya bahwa dilihat dari kajian keilmuan manusia terdiri dari sel-sel, daging, tulang, saraf darah dan lain sebagainya sehingga membentuk fisik.yang dibarengi dengan roh kemudian tumbuh dewasa sejalan dengan perkembangnya akal, budi sehingga ia dapat mengerti bahasa yang dapat menyaluran apa saja yang ada dalam dirinya seperti perasaan, pikiran dan lain sebagainya terhadap lingkungannya, Akan tetapi semuanya ini belum memberikan kepuasan jawab yang sesungguhnya tentang hakekat inti manusia itu sendiri.
Fenomena ini
sebenarnya telah terjadi dalam Islam, sebagaimana yang telah terjadi empat
belas abad lalu, dimana Rasulullah SAW ditanya oleh para sahabatnya tentang
roh, maka seketika itu Rasul terdiam dan menunggu wahyu dari Allah, maka
turunlah wahyu tersebut yang artinya mereka bertanya tentang roh, katakanlah
roh itu adalah urusan Tuhanmu. Hal ini memberikan pelajaran pada kita bahwa
sehebat-hebatnya manusia itu ia tidak akan mampu menandingi kekayaan dan ilmu
Allah SWT artinya adalah jangan sampai kita larut dengan kesombongan
sebagaimana yang terjadi pada firaun yang mengaku dirinya tuhan. Walaupun pada
hakekatnya manusia itu diberi kelebihan oleh Allah dari mahluk lainnya berupa
akal, nafsu dan perasaan. Tetapi kesemuanya itu tidak cukup sebab ilmu yang
diberikan Allah pada mansuia sangat sedikit.
Walaupun manusia
itu secara inti sarinya sesuatu yang sangat meisterius namun Allah SWT telah
memberikan akal pada manusia. Akal berfungsi untuk berpikir. Berpikir adalah
proses yang digerakkan oleh sel-sel syaraf motorik dan sensorik pada otak untuk
mencari sebuah kebenaran menurut manusia itu sendiri sehingga mereka dapat membedakan
antara yang baik dan buruk, benar dan salah, manfaat dan mudarat dan lain
sebagainya. Oleh Aristoteles manusia disebut sebagai hewan yang berpikir atau
al insaan hayawann nathiq (manusia adalah mahluk yang berpikir). Adapun
kelemahan akal adalah dapat memutar balikkan fakta antara yang hak dan batil.
Sedangkan kebaikannya adalah manusia dapat mengetahui suatu benar.
Nafsu adalah hasrat atau keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Adapun kekurangan nafsu ialah menghalalkan segala cara untuk mendapat sesuatu, sedangkan kelebihannya yaitu selalu ingin dan berani untuk berkembang dan maju.
Nafsu adalah hasrat atau keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Adapun kekurangan nafsu ialah menghalalkan segala cara untuk mendapat sesuatu, sedangkan kelebihannya yaitu selalu ingin dan berani untuk berkembang dan maju.
Perasaan atau yang
lebih dikenal dengan hati (qalbun) adalah sifat-sifat yang mendasar diberikan
Tuhan pada manusia tentang hakekat dan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri
seperti rasa kasihan, marah, benci, senang, rindu, suka, takut, berani dan lain
sebagainya. Kekurangannya adalah jika sudah terbiasa berbuat jahat maka
sifat-sifatnya juga jahat, sedangkan kebaikannya adalah menemukan nilai dan
etika kemanusia bahkan dapat mencapai nilai-nilai kebenaran yang hakiki dalam
dirinya sendiri.
Ketiga komponen
ini (akal, nafsu dan perasaan) harus selalu seimbang, senada dan seirama sebab
dalam hubungan sesama manusia kita akan dapat berkembang menjadi lebih baik dan
maju, dapat mewujudkan rasa kasih sayang sesama manusia dan lingkungannya,
Bahkan dapat menemukan hakekat kebenaran yang mutlak dengan seizin Tuhannya.
Mengapa tidak,? Nabi Muhammad SAW dapat bertemu Tuhan yang dikenal dengan
peristiwa isra` dan mi`raj. Nabi Musa bertemu dengan Tuhannya dibukit Tursina
sebagimana kisah ini telah diabadikan dalam al-Qur`an. Begitu juga dengan para
ulama` yang sholeh dengan seizin Allah diberikan ilham dan ilmu laduni.
Semuanya ini terjadi berkat rasa kasih sayang Allah pada hambanya yang sholeh
yaitu yang dapat mengontrol dan menseimbangkan antara akal, nafsu dan
perasaannya.
Para filosof dan sufis pada hakaketnya dapat berkomunikasi dengan Tuhan tetapi dengan menggunakan akal yang lebih rendah dengan daya tangkap akal para nabi dan wahyu, dalam tasawuf berkomunikasi dengan Tuhan dapat dilakukan melalui daya rasa manusia yang berpusat di hatisanubari.
Para filosof dan sufis pada hakaketnya dapat berkomunikasi dengan Tuhan tetapi dengan menggunakan akal yang lebih rendah dengan daya tangkap akal para nabi dan wahyu, dalam tasawuf berkomunikasi dengan Tuhan dapat dilakukan melalui daya rasa manusia yang berpusat di hatisanubari.
Akan tetapi jika
ketiga komponen ini berjalan tidak seimbang maka akibat yang ditimbulkan juga
besar sesama manusia terjadi konlik kepentingan bisa berbentuk fisik atau
fisikis. (perang, kerusuhan, perkelahian penipuan dan lain sebagainya).
Secara mistik,
sebagai akibat ketidak seimbangan tersebut yang didominasi hawa nafsu dan
perasaan buruk, manusia cendrung berbuat syirik dengan menggunakan kekuatan jin
dan roh halus lainnya untuk memuaskan hawa nafsunya. Seperti Ilmu Santet.
Santet adalah mantra yang dibaca dengan maksud jahat agar orang lain sakit atau
mati dengan menggunakan kekuatan supra natural yang dipaksakan untuk ikut serta
dengan cara-cara tertentu baik dengan baik-baik atau jahat yang semuanya itu
berdasarkan kekuatan mahluk halus.
c. Alam
c. Alam
Ilmu tentang alam
dikenal dengan istilah kosmologi yang membahas tentang hekekat alam semesta
serta menyikap tentang eksistensinya yang tersembunyi disebalik bentuk
fisiknya. Sesuatu yang berkaitan dengan eksistensi alam, asalnya, tujuannya dan
bagaimana ia terjadi serta berevolusi.
Kehadiran alam
semesta didunia ini memberikan inspirasi bagi manusia itu sendiri tentang
hakekat kebenaran Tuhannya.dalam Islam terdapat beberapa ayat al-Qur`an yang
tenceritakan tentang kejadian alam. Allah menyatakan bahwa alam ini diciptakan
dalam enam masa, kemudian bagaimana peredaran bumi, bulan dan matahari sehingga
terjadi siang dan malam sehingga Allah SWT memperingatkan kita melalui kata افلا تفكرون (apakah kalian tidak berpikir), افلا تدبّرون
(apakah kalian tidak mengambil pelajarannya) dan lain sebagainya. Sebagaimana
Firman Allah SWT dalam Oleh sebab itu Ibnu Sina menyatakan tentang teori
penciptaan alam ini dengan skema teori Filsafat Emanasi, dinama akal manusia
memperoleh derajat “perolehan” (mustafid) dapat mengadakan hubungan dengan akal
kesepuluh yaitu jibril, komunikasi tersebut terjadi karena akal sudah terlatih
dan kuat daya tangkapnya sehingga dapat menangkap hal-hal yang bersifat abstrak
murni, jadi komunikasi antara manusia dengan Tuhan terjadi dalam tingkat akal
dalam derajat materil. melalui kekuatan inilah Nabi dapat berkomunikasi dengan
dan hanya akal ini dimiliki para nabi.
Seorang ilmuan non muslim saja bernama Albert Ensim menyatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah bergerak menurut “sistemnya”, hanya saja yang menjadi pertanyaan besar adalah siapa yang menggerakan sistem itu, oleh karena, ia seorang atheis maka tidak mampu menyebutkannya Tuhan, akan tetapi pada hakekatnya ia menyadari adanya kebenaran Tuhan. Sebenarnya, sistem yang dimaksudkan diatas adalah sesuatu yang terdapat diluar hukum alam yang tidak dapat dijelaskan oleh akal manusia. A. Tafsir mengungkapkan bahwa: sesuatu yang rasional adalah yang sesuai dengan hukum alam, yang tidak rasional adalah yang tidak sesuai dengan hukum alam tersebut, jadi kebenaran akal hanya dapat diukur dengan hukum alam, ini berarti akal sangat sempit, maka ia belum bisa dianggap pemikiran tingkat tinggi.
Seorang ilmuan non muslim saja bernama Albert Ensim menyatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah bergerak menurut “sistemnya”, hanya saja yang menjadi pertanyaan besar adalah siapa yang menggerakan sistem itu, oleh karena, ia seorang atheis maka tidak mampu menyebutkannya Tuhan, akan tetapi pada hakekatnya ia menyadari adanya kebenaran Tuhan. Sebenarnya, sistem yang dimaksudkan diatas adalah sesuatu yang terdapat diluar hukum alam yang tidak dapat dijelaskan oleh akal manusia. A. Tafsir mengungkapkan bahwa: sesuatu yang rasional adalah yang sesuai dengan hukum alam, yang tidak rasional adalah yang tidak sesuai dengan hukum alam tersebut, jadi kebenaran akal hanya dapat diukur dengan hukum alam, ini berarti akal sangat sempit, maka ia belum bisa dianggap pemikiran tingkat tinggi.
Bagi penganut
paham polytheisme mereka beranggapan bahwa alam adalah bagian dari Tuhan
mereka. maka lahirlah agama stoa yang menyakini bahwa alam ini adalah Tuhannya
mereka, jika Tuhan lagi marah pada umatnya ditimpakan musibah seperti gunung
meletus, gempa bumi, banjir dan lain sebaginya. Jika Tuhan lagi senang mereka
beranggapan maka diturunkanlah hujan dan sinar matahari sebagai sumber
kehidupan.
Adapun akhir dari peninggalan ajaran stoa ini banyak dianut oleh mereka yang berpaham qadariah menyakini segala sesuatu yang terjadi pada diri kita dan alam ini semuanya atas kehendak Allah SWT. Ini menjadi salah satu aliran Pemikiran Islam sebab para tokoh dan pengikut aliran ini adalah para muallaf yang dahulunya berkeyakinan stoa. Ketika mereka masuk Islam sehingga tidak heran pola pikir dan gaya hidup mereka bersifat sufistik pemahaman teks ayat al-Qur`an dan Sunnah cendrung pada nuansa takdir dan sunnatullah ansich secara mentah.
Adapun akhir dari peninggalan ajaran stoa ini banyak dianut oleh mereka yang berpaham qadariah menyakini segala sesuatu yang terjadi pada diri kita dan alam ini semuanya atas kehendak Allah SWT. Ini menjadi salah satu aliran Pemikiran Islam sebab para tokoh dan pengikut aliran ini adalah para muallaf yang dahulunya berkeyakinan stoa. Ketika mereka masuk Islam sehingga tidak heran pola pikir dan gaya hidup mereka bersifat sufistik pemahaman teks ayat al-Qur`an dan Sunnah cendrung pada nuansa takdir dan sunnatullah ansich secara mentah.
Sebagai bagian
akhir dari teologi generasi pertama ini adalah munculnya kesadaran konsep
tentang keberadaan Tuhan yang fundamental. Artinya adalah sudah muncul
keyakinan yang kuat dari setiap individu mengenal Tuhannya dan mengamalkan
ajarannya masing-masing.
2.
Teologi
Generasi Kedua
Setelah manusia
mantap dalam keyakinannya masing-masing, maka muncul tahap kedua yaitu
bagaimana peran keyakinan tersebut dapat menjawab dan memenuhi orientasi
kebutuhan hidupnya. Maka posisi keyakinan keberagamaan tersebut melahirkan
sikap primordialisme tinggi sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi rawan
konflik. Sebagaimana yang terjadi di dunia Barat dalam tahap pertama dan kedua
yang ditandai dengan munculnya ortodox modernism yang hanya memberikan
perhatian kepada persoalan teologi. Pada fase ini dikenal dengan modernisme
tradisional dengan ciri utamanya ditandai dengan rasionalisme yang menebarkan
dokrin mazhabnya sebagaimana yang diwakili oleh Mu`tazilah, Murji`ah, Syi`ah
dan berbagai aliran klasik lainnya terutama yang berasal dari Yunani dengan melahirkan
dokrin-dokrin mazhab.
Dalam Sejarah
Islam fase kedua ini teologi memiliki peran sebagai mazhab sangat penting
sehingga jika berbeda mazhab saja maka yang lain dianggap kafir, keluar dari
kelompoknya dan lain sebagainya. Sebagaimana yang masa awal terjadi pada
Dinasti Umayyah pada peristiwa tahkim yang mana Khawarij menfonis diluar meeka
kafir, kelompok Syi’ah menfonis diluar kelompok mereka kafir begitu juga dengan
Mu’awiyah diluar kelompok mereka adalah musuh.
3.
Teologi
Generasi ketiga
Pada zaman
kontemporer aliran ortodox modernism diatas berubah menjadi fase neomodernism
dengan menjangkau persoalan keduniaan dalam kehidupan berupa ekonomi,
pendidikan, politik dan sosial. Orde ini ditandai dengan datangnya sikap
kedewasaan untuk saling menghargai perbedaan keyakinan. Usaha yang dilakukan
dengan membangun pranata sosial dengan hati-hati pada masyarakat yang
kontemporer agar terwujudkan kedamain dan sikap toleransi antar keyakinan
keberagamaan serta aspek-aspek lainnya.
III.
Ilmu Kalam
Pada hakekatnya,
Ilmu Teologi jika kita padankan dengan Pemikiran Kajian Islam adalah Ilmu Kalam
yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan
menggunakan logika dan filsafat. Akan tetapi secara teoritis khusus untuk
aliran salaf tidak dapat dikelompokkan pada aliran Ilmu Kalam sebab ia dalam
masalah-masalah ketuhanan tidak menggunakan argumentasi filsafat dan logika.
Dan ia hanya cukup dikategorikan pada aliran Ilmu Tauhid atau Ilmu Ushuluddin.
maka lahirlah beberapa aliran dalam Islam dengan dokrin masing-masing seperti:
(dalam pembahasan ini pemakalah hanya mengungkapkan dua sekte saja)
1.
Mu`tazilah.
Mu`tazilah
memiliki lima dokrin yaitu: Pertama tentang tauhid, ia menolak adanya
sifat-sifat Tuhan dan pengembaraan fisik Tuhan (antromorfisme tajassum),
al-Qur`an adalah manisfestasi kalam Allah bukan berupa huruf atau kata-kata,
dan manusia hanya mengetahui tentang ketuhanan. Kedua, al-`adl artinya Tuhan
Maha Adil dalam hal kebebasan perbuatan manusia. Ketiga, al-wa`d wa al`id,
berarti janji Allah dan ancaman Allah. Ke-Empat, almanzilu wal manzilatain
tentang status orang beriman atau kafir yang melakukan dosa. Kelima, al-amr bi
al-ma`ruf wa an an-nahy an mungkar, menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran.
2.
Khawarij
Khawarij adalah
sekte yang menolak khalifahan Ali bin Abi Thalib disebabkan peristiwa tahkim,
perang sifiin, dengan muawiyah. Adapun diantara dokri aliran ini adalah:
seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim dan harus dibunuh,
setiap muslim wajib berhijrah jika tidak maka wajib diperangi, yang jahat masuk
neraka dan yang baik masuk surga.
Ibnu Thaimiyah membagi metode pendapat para ulama` Islam dalam bidang aqidah menjadi empat, yaitu:
Ibnu Thaimiyah membagi metode pendapat para ulama` Islam dalam bidang aqidah menjadi empat, yaitu:
a) Aliran Filsafat
yang mengatakan bahwa al-Qur`an berisi dalil “khatabi” dan “Iqnal” (dalil
penenang dan pemuas hati, bukan kepuasan pikiran) yang sesuai untuk orang
banyak, sedangkan filosof-filosof menganggap dirinya ahli pembuktian rasional
(burhan) dan keyakinan, suatu cara yang lazim dipakai dalam bidang akidah.
b) Aliran
mu`tazilah terlebih dahulu memegang dalil akal yang rasional, sebelum
mempelajari dalil-dalil al-Qur`an. mereka memang mengambil kedua macam dalil
teersebut, akan tetapi mereka lebih mengutamakan dalil-dalil akal pikiran,
sehingga mereka harus menta`wilkan dalil-dalil al-Qur`an untuk disuaikan dengan
hasil pemikiran, apabila terjadi perlawanan, meskipun mereka tidak keluar dari
aqidah-aqidah al-Qur`an.
c) Golongan ulama`
yang percaya kepada aqidah-aqidah yang disebutkan dalam oleh al-Qur`an sebagai
berita yang harus dipercayai, tetapi tidak dijadikan pangkal penyelidikan akal
pikiran oleh golongan tersebut bukan dari al-Qur`an, meskipun untuk maksud
memperkuat isi al-Qur`an dan boleh jadi pula yang dimaksud dengan dengan golongan
ialah aliran maturidiah.
d) Golongan yang
mempercayai aqidah dan dalil-dalilnya yang disebut dalam al-Qur`an, tetapi
mereka juga menggunakan dalil akal pikiran disamping dalil-dalil al-Qur`an.
Boleh jadi yang dimaksud Ibnu Taimiah disini ialah aliran Asy`ariyah.
Dalam hal ini ternyata
Ibnu Thaimiah memposisikan pemikirannya cendrung pada salafiyah. Beliau mencari
jalan untuk mengetahui aqidah-aqidah dan hukum-hukum dalam Islam dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan itu, baik yang pokok ataupun bukan, baik aqidah
itu sendiri maupun yang dalil-dalil pembuktiannya, tidak lain sumbernya adalah
al-Qur`an dan Hadits dan posisi Nabi Muhammad SAW sebagai penjelasnya.
Akal pikiran tidak
mempunyai kekuasaan untuk menta`wilkan al-Qur`an atau mentafsirkannya bahkan
mengguraikannya, kecuali dalam batas-batas yang dizinkan oleh kata-kata
(bahasa) dan dikuatkan pula oleh hadits. Kekuasaan akal pikiran sesudah itu
tidak lain membenarkan dan tunduk kepada nash serta mendekatkannya kepada alam
pikiran. Jadi fungsi akal pikiran tidak lain hanya menjadi saksi sumber
pembenar dan penjelasan dalil-dalil al-Qur`an, bukan menjadi hakim yan akan
mengadili dan menolaknya. Demikianlah metode aliran salaf yang meletakkan akal
pikiran dibelakang nas agama dan tidak boleh berdiri sendiri.
IV. Pemikiran Ilmu
Kalam Masa Kini.
1. Imam al farugi
dengan pemikirannya menjelaskaskan tentang tauhid adalah tauhida sebagai inti
agama pengalaman, pandangan dunia, intisari Islam, prinsip sejarah, prinsip
pengetahuan, prinsip metafisik, etika, tata sosial, umamah, keluarga, tata
politik, ekonomi dan estetika.
2. Imam Ahmad Hanafi. Dokrin Imam ahmad Hanafi tentang: teologi tradisional; teologi tradisional menurutnya lahir dalam konteks sejarah kepercayaan keda Tuhan diserang oleh sikte budaya lama dengan tujuan menahan dokrin lama, tetapi zaman sekarang sudah berubah. Kemudian beliau menawarkan konsep perlunya rekontruksi teologi yaitu, menjadikan dogma agama yang kosong menjelma ilmu tentang pejuang sosial dengan menjadikan keimanan tradisional memiliki fungsi aktual sebagai landasan etika dan motivasi. Untuk melakukan rekontruksi telologi tersebut maka perlu adanya langkah-langkah yaitu: Pertama, perlunya sebuah ideologi yang jelas ditengah-tengah pertarungan global antara berbagai ediologi Kedua, Pentingnya rekontruksi teologi ini sebaga kepentingan praktis untuk secara nyata mewujudkan ideologi sebagai gerakan sejarah,(studi atas problem pendudukan tanah dinegra muslim). Ketiga, perlunya teologi baru yang dapat mempersatukan umat Islam dibawah satu ide. Kemudian, untuk memperoleh kesempurnaan teori ilmu dalam teologi Islam, A. Hanafi menawarkan: Perlunya analisis bahasa dan istilah teologi sebagaimana dalam teologi terdisional tentang iman, Allah, akhirat dan lain sebagainya. Kemudian perlunya analisis realitas yaitu untuk mengetahui latar belakang historis dan sosiologis munculnya teologi pada masa dahulu. Analisi ini berfungsi untuk menentukan stressing kearah mana teologi kontemporer dioreantasikan.
2. Imam Ahmad Hanafi. Dokrin Imam ahmad Hanafi tentang: teologi tradisional; teologi tradisional menurutnya lahir dalam konteks sejarah kepercayaan keda Tuhan diserang oleh sikte budaya lama dengan tujuan menahan dokrin lama, tetapi zaman sekarang sudah berubah. Kemudian beliau menawarkan konsep perlunya rekontruksi teologi yaitu, menjadikan dogma agama yang kosong menjelma ilmu tentang pejuang sosial dengan menjadikan keimanan tradisional memiliki fungsi aktual sebagai landasan etika dan motivasi. Untuk melakukan rekontruksi telologi tersebut maka perlu adanya langkah-langkah yaitu: Pertama, perlunya sebuah ideologi yang jelas ditengah-tengah pertarungan global antara berbagai ediologi Kedua, Pentingnya rekontruksi teologi ini sebaga kepentingan praktis untuk secara nyata mewujudkan ideologi sebagai gerakan sejarah,(studi atas problem pendudukan tanah dinegra muslim). Ketiga, perlunya teologi baru yang dapat mempersatukan umat Islam dibawah satu ide. Kemudian, untuk memperoleh kesempurnaan teori ilmu dalam teologi Islam, A. Hanafi menawarkan: Perlunya analisis bahasa dan istilah teologi sebagaimana dalam teologi terdisional tentang iman, Allah, akhirat dan lain sebagainya. Kemudian perlunya analisis realitas yaitu untuk mengetahui latar belakang historis dan sosiologis munculnya teologi pada masa dahulu. Analisi ini berfungsi untuk menentukan stressing kearah mana teologi kontemporer dioreantasikan.
3. H.M. Rasyidi,
adapun pemikiran beliau tentang ilmu kalam baru adalah: Pertama, Kritik beliau
untuk Harun Nasution tentang ilmu kalam dengan teologi, menurut beliau istilah
ilmu kalam adalah teologi khusus untuk Islam sedangkan istilah teologi itu
sendiri khusus untuk kristen sebab dilihat dari aspek sejarah ternyata teologi pada
awalnya digunakan untuk kalangan gereja, mereka menggunakan istilah sebagai
suatu disiplin ilmu untuk mencaari tuhannya. Kedua, tentang iman. Iman menurut
beliau bukan hanya sekedar menuju bersatunya manusia dengan tuhannya tetapi
dapat dilihat dari segi hubungan manusia dengan manusia dan yang lebih penting
adalah kepercayaaan, ibadah dan kemasyarakatan.
4. Harun Nasution, Pemikiran beliau dalam ilmu kalam adalah: Pertama, tentang peran akal dalam Islam memberikan pengaruh yang sangat besar, seperti. Kedua, perlunya pembaharuan teologi, pembaharuan yang dimaksud adalah teologi Islam harus mengacu pada konsep free-will, rasional, dan mandiri. Ketiga, perlu adanya hubungan antara wahyu dengan akal.
4. Harun Nasution, Pemikiran beliau dalam ilmu kalam adalah: Pertama, tentang peran akal dalam Islam memberikan pengaruh yang sangat besar, seperti. Kedua, perlunya pembaharuan teologi, pembaharuan yang dimaksud adalah teologi Islam harus mengacu pada konsep free-will, rasional, dan mandiri. Ketiga, perlu adanya hubungan antara wahyu dengan akal.
KESIMPULAN
Berdasarka uraian diatas maka kesimpulan akhir dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Manusia adalah mahluk yang berketuhanan yaitu memiliki naluri untuk mencari tuhannya. Dalam upaya pencarian tersebut mereka melibatkan manusia dan alam sebagi alat untuk mencari kebenaran yang hakiki. Maka hasilnya adalah mereka menemukan tuhan dalam dua bentuk ideologi; Polytheisme adalah sebuah teologi yang berkeyakinan Tuhan itu satu. Bersumber dari wahyu Tuhan kepada manusia melalui perantaran rasul-Nya. Kemudian lahir ideologi kedua yaitu monotheisme sebuah aliran kepercayaan yang menganggap tuhan itu banyak. Bersumber dari hasil meditasi dan berpikir untuk menemukan alam metafisika. Dalam Perkembanannya sejarah teologi ini menjadi tiga tahap yaitu:
Berdasarka uraian diatas maka kesimpulan akhir dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Manusia adalah mahluk yang berketuhanan yaitu memiliki naluri untuk mencari tuhannya. Dalam upaya pencarian tersebut mereka melibatkan manusia dan alam sebagi alat untuk mencari kebenaran yang hakiki. Maka hasilnya adalah mereka menemukan tuhan dalam dua bentuk ideologi; Polytheisme adalah sebuah teologi yang berkeyakinan Tuhan itu satu. Bersumber dari wahyu Tuhan kepada manusia melalui perantaran rasul-Nya. Kemudian lahir ideologi kedua yaitu monotheisme sebuah aliran kepercayaan yang menganggap tuhan itu banyak. Bersumber dari hasil meditasi dan berpikir untuk menemukan alam metafisika. Dalam Perkembanannya sejarah teologi ini menjadi tiga tahap yaitu:
a) Para ahli
teologi hanya mengambarkan Tuhan, manusia dan dunia sebagaimana apa adanya.
b) Pada orde ini teologi berupaya memberi
jawaban atas orientasi dalam kehidupan, bagaimana manusia menghadapi
kebutuhan-kebutuhannya dalam menghadapi kehidupan. Orde kedua ini meninggalkan
suatu konflik.
c) Pada orde ini
mendirikan bangunan yang dibuat dengan hati-hati dalam upaya melayani kebutuhan
manusia kontemporer.
2. Ilmu kalam,
yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan
menggunakan logika dan filsafat. Akan tetapi secara teoritis khusus untuk
aliran salaf tidak dapat dikelompokkan pada aliran Ilmu Kalam sebab ia dalam
masalah-masalah ketuhanan tidak menggunakan argumentasi filsafat dan logika.
Dan ia hanya cukup dikategorikan pada aliran Ilmu Tauhid atau Ilmu Ushuluddin
3. Pemikiran Ilmu
Kalam untuk masa sekarang lahirlah: Imam al-Faruqi dengan pemikirannya tentang
tauhid dengan konsep yang dapat menjawab kebutuhan zaman sekarang. Pemikiran
Imam Hasan Hanafi tentang ilmu kalam tentang perlunya rekontruksi teologi
berupa analisis bahasa dan istilah sebagimana yang terjadi pada sekte
tradisional tentang iman, Allah, akhirat dan lain-lain. Pemikiran Imam H.M
Rasyidi tentang keimanan adalah iman menurut beliau bukan hanya sekedar menuju
bersatunya manusia dengan tuhannya tetapi dapat dilihat dari segi hubunan
manusia dengan manusia dan yang lebih penting adalah kepercayaaan, ibadah dan
kemasyarakatan. Pemikiran Harun Nasution berupa peran akal dengan wahyu serta
perlu pembaharuan teologi, pembaharuan yang dimaksud adalah konsep free-will,
rasional, dan mandiri.
REFERENSI
A. Hanafi.
Pengantar Teologi Islam. Jakarta. PT. Pustaka Al Husna Baru. 2003. hlm. 178
Abdullah, Abdul
Rahman, Haji. Pemikiran Islam di Malaysia dalam Sejarah dan Aliran. Jakarta.
Gema Insani Press. 1997. hlm. 133
Abdul Razak dan Rosihon
Anwar. Ilmu Kalam. Cetakan ketiga. Bandung. CV. Pustaka Setia. 2007. hlm. 15
Ahmad Tafsir.
Filsafat Ilmu (Mengurai Antologi, Epistimologi dan Aksiologi Pengetahuan).
Cetakan kedua. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. 2006. hlm. 205
31 Mei 2008. Kalbar Islamic Expo 1429 H
Gordon D. kaufman, An Essy on the Theological Method. dalam Juhaya S. Praja. Filsafat Ilmu. Bandung. Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati. 2007. hlm
Harun Nasution. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta. Cetakan kedua. UI Press. 1986. hlm 17-18
Juhaya S. Praja. Filsafat Ilmu. Bandung. Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati. 2007. hlm. 32
Supiana dan M. Karman. Ulumul Qur`an. Cetakan Pertama Bandung. Pustaka Islamika. 2002. hlm. 77
31 Mei 2008. Kalbar Islamic Expo 1429 H
Gordon D. kaufman, An Essy on the Theological Method. dalam Juhaya S. Praja. Filsafat Ilmu. Bandung. Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati. 2007. hlm
Harun Nasution. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta. Cetakan kedua. UI Press. 1986. hlm 17-18
Juhaya S. Praja. Filsafat Ilmu. Bandung. Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati. 2007. hlm. 32
Supiana dan M. Karman. Ulumul Qur`an. Cetakan Pertama Bandung. Pustaka Islamika. 2002. hlm. 77
0 Response to "PENDEKATAN TEOLOGI DALAM PENELITIAN AGAMA"
Posting Komentar