BAB I
PENDAHULUAN
Sejak awal masehi Indonesia merupakan
Negara yang sering dilewati oleh pedagang-pedagang asing baik dari India, cina,
atau timur tengah. Seperti di malaka dan wilayah barat nusantara sejak masa
kuno wilayah ini menjadi titik perhatian pedagang asing dan menjadi daerah
lintasan penting antara cina dan India. Pedagang muslim asal arab Persia dan
India juga ada yang yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdaan sejak abad
ke 7 M atau abad ke 1 H, ketika islam pertama kali berkembang di timur tengah.
Diperkirakan sejak abad ini pribumi Indonesia sebagian diantaranya sudah ada
yang masuk islam. Hanyasaja menurut Taufiq Abdullah belum ada bukti bahwa
pribumi Indonesia yang disinggahi oleh pedagang muslim itu beragama islam. Baru
pada zaman-zaman berikutnya penduduk kepulauan ini masuk islam bermula dari
penduduk pribumi dikoloni-koloni pedagang muslim itu. Menjelang abad ke 13M,
masyarakat muslim sudah ada di samudera pasai, perlak, dan palembang.
Dari sinilah akhirnya
islam bisa berkembang berkembang kedaerah-daerah yang lainnya di pulau jawa
sampai sekarang. Masuknya islam di Indonesia tentunya melalui tahapan-tahapan
dan dengan adanya metode-metode yang diterapkan sehingga mampu untuk
mengislamkan kepulauan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada
tahun 632 M, kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifah. Dibawah
kepemimpinan para khalifah, agama Islam mulai disebarkan lebih luas lagi.
Sampai abad ke-8 saja, pengaruh Islam telah menyebar ke seluruh Timur Tengah,
Afrika Utara, dan Spanyol. Kemudian pada masa dinasti Ummayah, pengaruh Islam
mulai berkembang hingga Nusantara.
Sejarah mencatat, kepulauan-kepulauan
Nusantara merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah
terbesar di dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang dari berbagai penjuru
dunia datang ke Nusantara untuk membeli rempah-rempah yang akan dijual kembali
ke daerah asal mereka. Termasuk para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat.
Selain berdagang, para pedagang muslim tersebut juga berdakwah untuk
mengenalkan agama Islam kepada penduduk lokal.
Proses masuknya Islam ke Indonesia
dilakukan secara damai dan dilakukan dengan cara- cara sebagai berikut.
1. Melalui
Cara Perdagangan
Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan
laut yang menghubungkan antara China dan daerah lain di Asia. Letak Indonesia
yang strategis ini membuat lalu lintas perdagangan di Indonesia sangat padat
padat dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia termasuk para pedagang
muslim. Para pedagang muslim ini banyak bermukim di daerah pesisir pulau Jawa
dan Sumatera yang penduduknya masih menganut agama Hindu. Para pedagang ini
mendirikan masjid dan mendatangkan para ulama dan mubalig untuk mengenalkan
nilai dan ajaran Islam kepada penduduk lokal.
2. Melalui
Perkawinan
Bagi masyarakat pribumi, para pedagang
muslim dianggap sebagai kelangan yang terpandang. Hal ini menyebabkan banyak
penguasa pribumi tertarik untuk menikahkan anak gadis mereka dengan para
pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi muslim terlebih dahulu.
Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim dengan penguasa lokal ini
semakin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara.
3. Melalui
Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan Islam mulai
dilakukan setelah masyarakat islam terbentuk. Pendidikan dilakukan di pesantren
ataupun di pondok yang dibimbing oleh guru agama, ulama, ataupun kyai. Para
santri yang telah lulus akan pulang ke kampung halamannya dan akan mendakwahkan
Islam di kampung masing-masing.
4. Melalui
Kesenian
Wayang adalah salah satu sarana kesenian
untuk menyebarkan islam kepada penduduk lokal. Sunan Kalijaga adalah salah satu
tokoh terpandang yang mementaskan wayang untuk mengenalkan agama Islam. Cerita
wayang yang dipentaskan biasanya dipetik dari kisah Mahabrata atau Ramayana
yang kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia
tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan
berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Menurut para sejarawan, teoriteori
tentang kedatangan Islam ke Indonesia dapat dibagi menjadi:
Adapun teori-teori Teori-Teori Masuknya
Islam ke Indonesia Menurut beberapa sejarawan, agama Islam baru masuk ke
Indonesia pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang muslim.
Meskipun begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan Islam masuk ke
Indonesia karena para ahli masih berbeda pendapat mengenai hal tersebut.
Setidaknya ada empat teori yang mencoba menjelaskan tentang proses masuknya
Islam ke Indonesia yaitu teori Mekkah, teori Gujarat, teori Persia dan teori China.
1. Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses
masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini
berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang
memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah
seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini
pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi
Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana
Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari
Arab.
Bahan argumentasi yang dijadikan bahan
rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya,
motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilainilai ekonomi,
melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan
Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh
sebelum tarikh masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan
sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga
terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan
Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat
sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan
rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di
Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di
Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari
hanya sekadar perdagangan.
Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan
Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para
musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia.
Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk
mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.
2. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses
kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad
ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekaran dengan Laut
Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari
Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari
Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab
Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke 7
Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah
dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam
dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori
Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda,
Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota
pelabuhan Anak Benua India. Orangorang Gujarat telah lebih awal membuka
hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam
pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya.
Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang
menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan
oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan
Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai,
Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang
wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan
yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu
nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat
atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya
adalah kesamaan mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan
Indonesia
2. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses
kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini
Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal
Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan
analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat
Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10
Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali,
cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di
Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang
ditranslasi melalui bahasa Parsi.
Tradisi lain adalah ajaran mistik yang
banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah
dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati
dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan
dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan
sosial. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori
Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang
dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat
Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
3. Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses
kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau
Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum
Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok
telah berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan,
ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru
berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan,
menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao,
Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman
Islam. Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik)
maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima.
Bahkan menurut sejumlah sumber lokat
tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari
Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa,
Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan
Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis
dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”,
“Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel”
ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang
berbatasan dengan Rusia.
Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid
tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di
berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad
ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki
pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina.
Semua teori di atas masing-masing
memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian
yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Meminjam istilah Azyumardi Azra,
sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas; artinya
tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu
yang bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasymy. A, Sejarah masuk dan
berkembangnya Islam di Indonesia, Al-ma’arif, 1993
http://sites.google.com/site/afrizalmansur/ Teori-msuknya-islam-ke-indonesia.html
0 Response to "Proses masuknya islam ke indonesia"
Posting Komentar