Tokoh ini
mempunyai nama lengkap Muhammad Jamaluddin Al Afghani. Beliau lahir di
Asadabad, Distrik Konar, Afghanistan pada tahun 1254 H/ 1838 M. Ayahanda beliau
bernama Sayyid Safdar al- husainiyyah, yang masih ada nasab dari Sayyid al- Turmudzi ( seorang
perawi hadist yang termashur ) juga dengan nasab Sayyidina Husain Ali bin Abi
Thalib. Beliau meninggal pada tanggal 9 Maret 1897 karena penyakit yang kanker
yang dideritanya sejak 1896.
Ketika berumur 8
tahun Al- Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa, beliau tekun
mempelajari sejarah, matematika, bahasa arab, fiqh dan ilmu agama lainnya.
Setelah berumur 18 tahun Al- Afghani telah berhasil menguasai hampir seluruh
cabang ilmu pengetahuan.
Setelah membekali dirinya dengan seluruh cabang ilmu
pengetahuan di Timur dan Barat ( terutama Paris, Perancis ), Al-Afghani
mempersiapkan misinya membangkitkan Islam. Pertama-tama ia masuk ke India,
negara yang sedang melintasi periode yang kritis dalam sejarahnya. Kebencian
kepada kolonialisme yang telah membara dalam dadanya makin berkecamuk ketika
Afghani menyaksikan India yang berada dalam tekanan Inggris. Perlawanan terjadi
di seluruh India. Afghani turut ambil bagian dari periode yang genting ini,
dengan bergabung dalam peperangan kemerdekaan India pada bulan Mei 1857. Namun,
Afghani masih sempat pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Sepulang dari haji, Afghani pergi ke Kabul. Di kota ini ia
disambut oleh penguasa Afghanistan, Dost Muhammad, yang kemudian menganugerahinya
posisi penting dalam pemerintahannya. Saat itu, Dost Muhammad sedang
mempertahankan kekuasaannya dengan memanfaatkan kaum cendekiawan yang didukung
rakyat Afghanistan. Sayang, ketika akhirnya Dost terbunuh dan tahtanya jatuh ke
tangan Sher Ali, Afghani diusir dari Kabul.
Meninggalkan Kabul, Afghani berkelana ke Hijjaz untuk
melakukan ziarah. Rupanya, efek pengusiran oleh Sher Ali berdampak bagi
perjalanan Afghani. Ia tidak diperbolehkan melewati jalur Hijjaz melalui
Persia. Ia harus lebih dulu masuk ke India. Pada tahun 1869 Afghani masuk ke
India untuk yang kedua kalinya. Ia disambut baik oleh pemerintah India, tetapi
tidak diizinkan untuk bertemu dengan para pemimpin India berpengaruh yang
berperan dalam revolusi India. Khawatir pengaruh Afghani akan menyebabkan
pergolakan rakyat melawan pemerintah kolonial, pemerintah India mengusir
Afghani dengan cara mengirimnya ke Terusan Suez yang sedang bergolak.
Di Mesir Afghani melakukan kontak dengan mahasiswa Al-Azhar
yang terkagum-kagum dengan wawasan dan ide-idenya. Salah seorang mahasiswa yang
kemudian menjadi murid Afghani adalah Muhammad Abduh. Dari Mesir, Afghani pergi
ke Istanbul untuk berdakwah. Di Ibu kota Turki ini Afghani mendapat sambutan
yang luar biasa. Ketika memberi ceramah di Universitas Konstantinopel, salah
seorang ulama setempat, Syaikhul Islam, merasa tersaingi. Ia segera menghasut
pemerintah Turki untuk mewaspadai gagasan-gagasan Afghani. Buntutnya, Afghani
didepak keluar dari Turki, Pada tahun 1871.
Afghani menjejakkan kakinya di Kairo untuk yang kedua
kalinya. Di Mesir Afghani melanjutkan dakwahnya yang pernah terputus dan segera
mempengaruhi para mahasiswa dan ulama Al-Azhar. Tetapi, pemberontakan kaum
nasionalis Mesir pada tahun 1882 berujung pada tindakan deportasi oleh
pemerintah Mesir yang mencurigai Afghani ada di belakang pemberontakan.
Afghani dideportasi ke India, tetapi tak lama ia sudah
berada dalam perjalanan ke London, kota yang pernah disinggahinya ketika ia
berdakwah ke Paris. Di London ia bertemu dengan Muhammad Abduh, muridnya yang
ternyata juga dikucilkan oleh pemerintah Mesir.
Dari London, Afghani bertualang ke Moskow. Ia tinggal selama
empat tahun di St. Petersburgh. Di sini pengaruh Afghani segera menjalar ke
lingkungan intelektual yang dipercaya oleh Tsar Rusia. Salah satu hasil dakwah
Afghani kepada mereka adalah keluarnya izin pencetakan Al-Quran ke dalam bahasa
Rusia.
Afghani menghabiskan sisa umurnya dengan bertualang keliling
Eropa untuk berdakwah. Bapak pembaharu Islam ini memang tak memiliki rintangan
bahasa karena ia menguasai enam bahasa dunia (Arab, Inggris, Perancis, Turki,
Persia, dan Rusia ).
Pemikiran al- Afghani
Afghani mengembangkan pemikiran dan gerakan Salafiyah, yakni
aliran keagamaan yag berpendirian bahwa untuk mengembalikan kejayaannya, ummat
islam harus kembali pada ajaran yang masih murni seperti yang dilakukan oleh
generasi pertama yang akrab disebut dengan Salaf ( pendahulu ) yang saleh.
Sebenarnya Afghani bukanlah pelopor munculnya gerakan Salafiyah, Ibn Taimiyah
dan Syeikh Muhammad Abdul Wahab juga mengajarkan hal yang sama. Namun Salafiyah
dari Afghani ini terdiri dari tiga komponen utama, yakni :
1. Keyakinan bahwa kejayaan dan
kebangunan islam hanya mungkin terwujud jika ummatnya mau mengamalkan ajaran
murni dan mencontoh pola hidup para Khulafaur Rasyidin
2. Perlawanan terhadap kolonialisme dan
dominasi barat dalam segala bidang
3. Pengakuan terhadap keunggulan bangsa
barat dalam hal Ilmu pengetahuan, sehingga ummat islam harus mencontohnya.
Adapun
aliran salafiyah sebelum Afghani hanya menyangkut komponen nomor 1 saja.
Kontribusi terhadap
perkembangan Islam
a.
Pertama; Perlawanan terhadap kolonial barat
yang menjajah negri-negri Islam (terutama terhadap penjajah Inggris). Beliau
turut ambil bagian dalam peperangan kemerdekaan India pada bulan Mei 1857, juga
mengadakan ziarah ke negri-negri Islam yang berada di bawah tekanan imperialis
dan kolonialis barat seperti tersebut di atas.
b.
Kedua; upaya melawan pemikiran naturalisme
di India, yang mengingkari adanya hakikat ketuhanan. Menurutnya, dasar aliran
ini merupakan hawa nafsu yang menggelora dan hanya sebatas egoisme sesaat yang
berlebihan tanpa mempertimbangkan kepentingan umat manusia secara keseluruhan.
Hal ini
dikarenakan adanya pengingkaran terhadap hakikat Tuhan dan anggapan bahwa
materi mampu membuka pintu lebar-lebar bagi terhapusnya kewajiban manusia
sebagai hamba Tuhan. Dari situlah Al-Afghani berusaha menghancurkan pemikiran
ini dengan menunjukkan bahwa agama mampu memperbaiki kehidupan masyarakat
dengan syariat dan ajaran-ajarannya.
Daftar Pustaka
Nasution,Harun.Pembaharuan
Dalam Islam”Sejarah Pemikiran dan Gerakan”.Jakarta:Bulan Bintang:1975.
Penutup
Jamaludin AL-Afghani merupakan sosok
reformis pada zamannya. Setting sosial menjadikan Jamaludin tumbuh sebagai
individu “pemberontak” terhadap kondisi saat itu. Dilaterbelakangi oleh
penetrasi Barat terhadap dunia Islam, jiwanya yang suka mengembara, mengobarkan
semangat perjuangan, anti-koloniliais, anti-imperialisme dan anti-penjajah
menghantarkannya lebih terkenal sebagai tokoh politik daripada tokoh ilmuwan,
ulama cendekiawan dan pendidik. Padahal sebenarnya banyak ide, gagasannya yang
menggali tentang keberadaan ajaran Islam, Filsafat Islam dan ajaran-ajaran
Islam. Karena pemikiran-pemikiran yang komprehensip itulah Jamaludin sering mendapat
hujatan bahkan kecaman.
Jamaludian terkenal sebagai sosok yang berkperibadian merakyat. Sering disela-sela mengajarnya bila malam hari berkeliling dan berdiskusi di “warung kopi”, berdiskusi dengan siapa saja. Tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkannya, semuanya seolah-olah Jamaludin tempat untuk memecahkan masalah.
Corak pemikiran Jamaludian Al-Afghani bersifat “Revival” yang ingin mengembalikan sesuatu ajaran Islam pada asalnya dengan mengambil bentuk umat ideal jaman rasul dan para sahabat dan bersifat “Modern” dengan menggabungkan Ilmu pengetahuan, teknologi serta filsafat dalam setiap kajian pemahaman terhadap teks-teks ajaran Islam. Sehingga tidak jarang ide-ide, gagasan-gagasan serta pemikirannya selalu berseberangan dengan ulama-ulama setempat yang mengakibatkannya selalu diusir dari satu negara ke negara lain. Gaung gagasan dan pemikirannya mengilhami para intelektual, pemikir sesudahnya. Dikomandani oleh Muhammad Abduh, Rasyid Redla semangat Jamaludin AL-Afghani menyebar ke seluruh penjuru dunia baik Timur maupun Barat. Walaupun tidak meningglkan “turunan biologis” tetapi “muridnya’ sebagai pewaris keilmuan, pewaris cita-cita, ide dan gagasannya menjadi “turunan hakiki” yang akan diwariskan kepada genarasi selanjutnya.
0 Response to "Jamaluddin Al Afghani"
Posting Komentar