PENGERTIAN DAN OBYEK STUDI SOSIOLOGI
Kompetensi :
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat memahami pengertian, obyek studi, dan pembagian sosiologi.
2.1. Pengertian Sosiologi
Istilah sosiologi barangkali sudah sering dibicarakan dan didengar orang. Akhir-akhir inipun ketika terjadi kerusuhan dan konflik di beberapa daerah di Indonesia, banyak analisis di media yang mengatakan “secara sosiologis”. Namun demikian tidak banyak orang yang memaknai istilah sosiologi secara tepat. Akibatnya sedikit pula yang bisa memberi penjelasan istilah sosiologi dengan benar. Jadi apa sebenarnya penjelasan mengenai hal tersebut?
Kata “sosiologi” berasal dari kata socius dan logos. Socius berasal dari kata Latin yang berarti kawan atau berkumpul; dan logos berasal dari kata Yunani yang berarti ilmu atau pelajaraan. Jadi berdasar asal katanya sosiologi diartikan ilmu tentang hidup bersama atau ilmu tentang masyarakat. Pengertian yang demikian apakah sudah bisa memberikan penjelasan mengenai sosiologi? Tentunya pengertian ini belum menjelaskan mengenai apa sosiologi itu.
Dalam banyak literatur istilah sosiologi seringkali diberikan batasan pengertiannya hanya dengan suatu rumusan yang singkat dan pendek. Akibatnya rumusan pendek dan singkat ini kurang dapat dimengerti dan kurang memberikan penjelasan sebagaimana yang diharapakan.
Beberapa contoh definisi sosiologi yang bisa dikemukakan yaitu :
1. Roucek dan Warren :
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
2. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff :
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
3. JAA Van Doorn dan CJ Lamners :
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
4. Mac Iver :
Sociologi is about social relationship, a network of relationship we call society
5. Gillin dan Gillin :
Sociology is the study of interaction arising from the association of living beings.
6. Ogburn :
Sociology is a body of learning about society
7. Bogardus :
Sociology is definied as study of the ways in which social experiences function in developing, maturiting, repressing human beings through inter-personal stimulation.
8. Cuber :
Sociology is defined as a body of scientifict knowledge about human relationships.
9. Kimball Young :
Sociology deals with behavior of men
10. Ginsberg :
Sociology is the study of human interaction, interactions, their interactions and consequences.
11. Giddings :
Sociology is a science of social phenomena.
Definisi di atas merupakan beberapa dari banyak definisi yang diberikan oleh para ahli sosiologi. Hal yang pasti dari definisi yang umumnya pendek dan singkat kadang-kadang tidak banyak kejelasan yang diperoleh. Selain tidak jelas, definisi tersebut kadang-kadang pula belum menunjukkan batasan-batasan antara sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lain yang juga melihat masyarakat sebagai obyek studinya.
Definisi yang cukup memadai dan bisa dijadikan acuan antara lain yang dikemukakan oleh Waters dan Crook (1990), yang menyatakan :Sociology is the systematic analysis of the structure of social behavior.
Dari definisi Waters dan Crook di atas setidaknya terdapat empat elemen penting, yang memberikan bukan saja penjelasan mengenai apa sosiologi itu, tetapi juga batas-batas yang membedakannya dari ilmu-ilmu sosial lain.
Pertama, sosiologi mempelajari perilaku, tetapi perilaku yang dikaji adalah perilaku dalam karakter sosial, bukan individual. Perilaku berkarakter sosial merupakan perilaku yang ditujukan bagi orang lain dan bukan bagi dirinya sendiri, serta memiliki konsekuensi bagi orang lain, atau perilaku itu merupakan konsekuensi dari orang lain. Jadi di sini ada hubungan timbal balik antara satu orang dengan orang lainnya.
Kedua : perilaku sosial yang dipelajari oleh sosiologi itu adalah perilaku yang berstruktur. Struktur menunjuk pada adanya pola (pattern) atau menunjuk aadaanya keteraturan tertentu. Suatu perilaku itu berstruktur jika terdapat pola atau keteraturan tertentu. Suatu perilaku sosial yang hanya terjadi sekali saja dan kemduian tidak terjadi lagi, bukanlah merupakan bidang kajians sosiologi. Sosiologi tidaklah semata-mata hanya menjelaskan secara deskriptif suatu perilaku sosial, tetapi lebih dari itu, sosiologi berupaya menjelaskan dan berusahaa memahami kaitan antara elemen-elemen perilaku sosial.
Ketiga : penjelasan sosiologi itu bersifat analitis. Setiap ilmu pengetahuan senantiasa terdiri dari (1) content / the body of knowledge atau substansi dari ilmu pengetahuan itu dan (2) methods / procedures atau tata cara bagaimana substansi pengetahuan itu diperoleh secara sistematis. Ini berarti bahwa dalam sosiologi terdapat pula prinsip-prinsip metodologis yang diterapkan dalam menjelaskan perilaku sosial tersebut, dan bukan berdasarkan pada konsensus atau kesepakatan yang berlaku khusus. Terdapat kaidah atau prinsip metodologi penelitian tertentu yang digunakan untuk menjelaskan perilaku sosial dalam sosiologi.
Keempat : penjelasan sosiologi bersifat sistematis. Ini berarti bahwa dalam memahami perilaku sosial sosiologi merupakan suatu disiplin ilmu yang mengikuti tatanan atau aturan-aturan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2.2. Pandangan Para Perintis Sosiologi Tentang Sosiologi
2.2.1. Emile Durkheim : Fakta Sosial
Emile Durkheim berpendapat bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial merupakan cara-cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Untuk memahami konsep fakta sosial ini, Durkheim menyajikan contoh misalnya pendidikan anak. Sejak bayi anak diwajibkan untuk makan, minum, tidur pada waktu-waktu tertentu; diwajibkan taat, dan menjaga kebersihan serta ketenangan; diharuskan tenggang rasa terhadap orang lain, menghormati adat dan kebiasaan.
Contoh-contoh di atas merupakan unsur-unsur yang dikemukakan dalam definisi Durkheim tersebut : ada cara bertindak, berpikir, berperasaan yang bersumber pada kekuatan di luar individu, bersifat memaksa dan mengendalikan individu, dan berada di luar kehendak pribadi individu. Contoh lain dari konsep fakta sosial yang diambil dari buku Durkheim : The Division of Labor in Society (1968) dan Suicide (1968). Durkheim mengemukakan bahwa pembagian kerja dalam masyarakat (mungkin di saat sekarang orang cenderung menggunakan istilah lain), seperti spesialisasi. Spesialisasi dalam semua aspek kehidupan masyarakat seperti bidang ekonomi, pendidikan, politik, hukum, ilmu pengetahuan, kesenian, administrasi merupakan cara bertindak yang dianut secara umum, berada di luar kehendak pribadi, individu.
Kemudian contoh dari buku Suicide-nya : menurut Durkheim laju bunuh diri dalam tiap masyarakat dari tahun ke tahun cenderung relatif konstan-menurut Durkheim ini merupakan fakta sosial. Dalam penelitian Durkheim ditemukan bahwa laju bunuh diri disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di luar individu.
2.2.2. Max Weber : Tindakan Sosial
Bagi Weber sosiologi ialah ilmu yang mempelajari tindakan sosial (social action). Menurut Weber tidak semua tindakan manusia disebut sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan hanya disebut sebagai tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain, dan berorientasi pada perilaku orang lain. Misalnya menyanyi di kamar mandi untuk menghibur diri sendiri tidak dapat dianggap sebagai tindakan sosial; tetapi menyanyi di depan umum dengan maksud untuk menghibur orang lain merupakan tindakan sosial.
Menurut Weber suatu tindakan sosial ialah perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya. Dari contoh di atas nampak bahwa tindakan yang sama : menyanyi - dapat mempunyai makna berlainan bagi pelakunya. Menurut Weber sosiologi bertujuan untuk memahami (verstehen) mengapa tindakan sosial mempunyai tujuan dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subyektif bagi pelakunya. Maka apabila ahli sosiologi ingin memahami makna subyektif suatu tindakan sosial ia harus dapat membayangkan dirinya di tempaat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamannya. Suatu contoh hanya dengan menempatkan diri di tempat seorang pelacur, misalnya seorang ahli sosiologi dapat memahami makna subyektif tindakan sosial mereka.
2.3. Pembagian Sosiologi : Makrososiologi dan Mikrososiologi.
Kebiasaan para ahli di kalangan sosiologi dijumpai mengklasifikasikan pokok bahasan sosiologi ke dalam dua bagian. Nama-nama yang diberikan tidak selalu sama, misalnya broom dan Selznik membedakan tatanan makro dan tatanan mikro; jack Douglas membedakan antara perspektif makrososial (macrosocial perspective) dan perspektif mikrososial (microsocial perspective); Doyle Paul Johnson membedakan antara jenjang makro dan jenjang mikro, dan Randal Collins membedakan antara makrososiologi (macrosociology) dan mikrososiologi (microsociology). (Sunarto, 2004:16). Dalam pandangan Collins penjabaran dalam makrososiologi dan mikrosoisologi meliputi :
Tabel 1
Pembagian Mikrososiologi dan Makrososiologi
Hal yang dibahas Mikrososiologi Makrososiologi
Analisis Analisis terinci mengenai apa yg dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan manusia dlm laju pengalaman sesaat Analisis proses sosial berskala besar dan berjangka panjang
Skala ruang Pokok bahsan mulai dari seseorang, kelompok kecil Pengelompokan yang lebih besar spt kerumunan atau organisasi, komunitas, masyarakat teritorial.
Skala Waktu Cenderung mempelajari gejala sosial yang terjadi dalam waktu pendek (detik, menit, jam) Cenderung mempelajari gejala sosial yang terjadi dalam jangka waktu lebih panjang
0 Response to "PENGERTIAN DAN OBYEK STUDI SOSIOLOGI"
Posting Komentar