Pemahaman Tauhid
Dalam sejarah kehidupan manusia, manusia adalah penyembah secara naluriah, kendati watak penyembahannya berbeda-beda, seperti penyembahan api oleh kaum zoroaster, Hindu yang menyembah banyak dewa, begitupun pada zaman Yunani kuno dimana mereka menyembah banyak Dewa. Begitupun pada masa Nabi Ibrahim AS , Musa,dan Muhammad Bin abdullah. Ibrahim pada masanya mendapatkan ummatnya menyembah berhala, pada masa Musa kita mendapati sosok firaun yang menganggap dirinya sebagai Tuhan. Pada masa Nabi Muhammad kita mendapati bahwa masyarakat pada saat itu menyembah berhala. Dari contoh tersebut dapat dimakanai bahwa pada diri manusia ada fitrah untuk menyembah Tuhan. Diutusnya Ibrahim sampai Muhammad mengajarkan tentang monoteisme yaitu pengesaan Tuhan. Dan pada risalah kenabian yang terakhir Muhammad datang untuk memurnikan ajaran ajaran nabi sebelumnya yang telah tercampuri oleh pikiran- pikiran manusia yang tidak sejalan dengan ajaran monoteisme.
Tauhid dalam tinjauaan islam merupakan hal yang sangat urgen yang harus dipahami oleh setiap individu. Dikarenakan tauhid merupakan inti dari ajaran monoteisme. Tauhid merupakan tujuan risalah Ketuhanan yang disampaikan oleh utusan-utusan Nya. Tauhid berasal dari kata ahad, wahid, yang diartiakan sebagai pengesaan Tuhan. Ibarhim sebagai Nabi yang mengajarkan tentang ketundukan Aqal akan adanya pencipta yang Esa, lewat pambacaan alam raya, bulan , bintang dan matahari. Dari pengamatannya tersebut ia berhasil menundukkan aqalnya untuk mengakui keberadaan sang pencipta. tauhid adalah pengesaan Tuhan dan tidak menyamakannya dengan apapun:
Katakanlah muhammad “Dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu, Allah tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada yang setara dengan Dia. (surah 142(al ikhlas) ayat 1-4 )
Ayat diatas menjelaskan dengan terperinci tentang Tuhan, keesaannya, penafian tempat meminta selain Dia (larangan syirik) dan penegasan bahwa tidak ada sesuatupun yang Menyamai-Nya. Konsep ketauhidan inilah yang menjadi pedoman islam sabagi agama yang mengajarkan keseragaman pemahaman tentang tuhan, keseragaman cara penyembahan pada tuhan yang tunggal. Dalam islam persaksian tentang keesaan tuhan (monoteisme) diterjemahkan lewat syhadat.
Ajaran tauhid dalam islam tidak begitu saja dengan mudah dipahami, tapi ia (tauhid) butuh kontemplasi yang penuh dengan renungan mendalam agar ketauhidan tersebut mampu mengisi jiwa jiwa kemanusiaan, ruang ruang pengetahuan sehingga mampu diterjemahkan dalam wilayah aplikasi di dataran social. Ritual ritual agama atau ibadah dalam agama jika mampu dipahami secara hakekat akan menunjukkan sebuah ajaran tauhid yang universal. Salah satunya adalah ibadah haji, dimana manusia berkumpul secara bersama, melakukan ibadah yang seragam, dan memakai kain putih yang seragam, manusia melepaskan ego mereka, tidak ada perbedaan status jabatan, berbuat yang sama hal inilah yang menjadi ajaran yang luar biasa jika diterjemahkan dalam ranah social. Ajaran tauhid kemudian menghilagkan perbedaan, menyetarakan manusia.
Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa dunia islam yang bertauhid telah mengajarkan nilai kemanusiaan. Bahwa jiwa jiwa dari dari ajaran tauhid memberi jaminan untuk mempertahankan diri dari serangan ancaman dari yang lain
Di izinkan berperang bagi orang orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka di zalimi. Dan sesungguhnya allah maha kuasa menolong mereka. (surah 22 al hajj ayat 39)
Ayat ini mengajarkan bahwa Tuhan tidak suka dengan orang orang zalim, Ia mengizinkan untuk melakukan perlawanan terhadap musuh. Ajaran tauhid memberikan pemahaman bahwa kedaulatan hanya ada pada tuhan penguasa alam semesta, dengan begitu tidak alasan untuk taat pada pengusa yang tidak taat pada ajaran tauhid, Nabi Muhammad berkata ;
Tidak ada kewajiban untuk taat kepada seseorang penguasa yang tidak taat kepada Allah(marchel A boisard, humanisme islam hal 171)
Pembangkaan terhadap pengusa tiran bukan hanya hak tapi kewajiban’., karena orang orang mukmin mempunyai kewajiban untuk” ber Amar ma’ruf nahi mungkar” sehingga ajaran ini menjadi landasan gerak bagi gerakan islam yang ingin mewujudkan tatanan masyarakat yang merdeka dan diridhoi Allah SWT. Dalam gerakan social, islam sebagai agama tauhid berpendirian bahwa bersatunya manusia dalam masyarakat adalah suatu kesatuan sebagai inti dari ajaran tauhid yaitu penyatuan tujuan kesatu titik yaitu Tuhan yang diterjemahkan dalam penyatuan manusia dalam bermasyarakat. Sehingga penyatuan masyarakat yang dilandasi ajaran tauhid akan melakukan pelawanan terhadap ajaran tirani yang mengeksploitasi manusia. Hal ini bisa dilihat dari sejarah kedatangan Muhammad, pada masa dimana terjadi ketimpangan ekonomi, ketimpangan nilai kemanusiaan. Beliau datang membawa risalah yang memerdekakn manusia dari ekploitasi kemanusiaan dan ekonomi. Ajaran ketauhidan tersebut memberi warna dalam kehidupan masyarakat, itulah yang ditakuti oleh pengusa atau kabilah kabilah penguasa pada saat itu, sehingga mereka dengan tegas menolak ajaran tauhid tersebut yang akan menghancurkan dominasi mereka yang kemudian digantikan oleh Tuhan. Islam sebagi agama Tauhid memiliki konsekwensi logis akan tidak adanya penghambaan terhadap kekayaan hal ini dijelaskan dalam alQuran:
Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung hitungnya. Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.(surah 104 alhumazah 1-2)
Penggambaran ayat ini sangat relevan dengan kondisi keummatan saat ini. Dimana manusia- manusia menjadi budak harta, segala sesuatu diukur dengan materi. Pengumpulan harta tidak lagi melihat sisi nilainya, darimana, bagaimana, dan untuk apa harta tersebut. Hal inilah yang membuat manusia menjadi penyakit terhadap manusia yang lain. Dikarenakan terampasnya sebagian hak-hak yang lain dari ulah manusia rakus. Dari hal tersebut kondisi ummah harus dikembalikan pada jalan yang lurus meskipun penuh resiko dalam melakukannya. Gerakan tauhid harus digelorakan disetiap tempat, spirit nilai harus mampu mengisi ruang ruang gerak aktivitas manusia. Membumikan gerakan tauhid untuk perbaikan kondisi ummah mestilah dilakukan. Perlawanan terhadap penindasan dan ekspansi budaya harus dilawan dengan jiwa tauhid, sehingga tauhid tersebut menjadi perisai untuk memperjuangkan nilai kemanusiaan, kebenaran dan keadilan.
Sebagai manusia dalam menjalani episode kehidupan layaknya seperti pelangi yang memiliki berbagai macam warna. Dan termasuk warna-warni kehidupan seperti adanya rasa gembira dan susah, sehat dan sakit, tenang dan gundah, aman dan takut, tersenyum dan menangis dan sebagainya. Semuanya merupakan realitas-realitas kahidupan yang kemungkinan besar dialami oleh setiap orang. Namun yang paling prinsip dari semua itu adalah bagaiman ketika kita menghadapi semua itu pada diri-diri kita? Dan apa yang harus kita lakukan? Rasanya perasaan-perasaan seperti ini sangat menghantui perjalanan hidup manusia. Pada nokta inilah Tauhid menjadi penting dalam membimbing kehidupan kita agar ketika kita menghadapi warna-warni kehidupan tersebut tidak lupa kepada Allah dan selalu berada diatas Uluhiyyah dan ridhanya. Demikian salahh satu dari buah tauhid dalam kehidupan Mengatur langkah dan membimbingnya agar selalu dalam rel keridhaan Allah Swt.
Konsep Tauhid
Konsepsi manusia mengenai ketauhidan menurut para ulama bermula dari pengetahuan-pengetahuan tentang alam semesta (makrokosmos) dan pengetahuan diri-manusia (mikrokosmos) dan disertai dengan kesadaran bahwasanya keberadaan alam ini memiliki tujuan tunggal berdasarkan pada wujud yang memiliki perasaan dan berdasarkan pada sebuah rancangan, sistem, serta perhitungan yang pasti.
Korelasinya dengan ini, tauhid merupakan sebuah bangunan pengetahuan dalam agama yang sudah menjadi keyakinan dan keimanan para pemeluknya. Diutusnya para Nabi dan Rasul sejak nabi Nuh As sampai dengan Nabi Muhammad Saw seluruhnya di perintahkan untuk menyampaikan konsep tauhid ini. Menjadi poros dakwa para ulama, dan pijakan dalam bertindak. Hal ini sebagaimana di sebutkan dalam Kitab Suci Alqur’an;
وما ارسلنا من قبلك من رسول الا نوحى اليه انه, لا اله الا انا فأعبدون
“Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu kecuali Kami telah mewahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku maka sembahlah Aku”.
(Al-Anbiyah: 25).
Sebagaimana mafhum, Islam di bangun diatas lima perkara yang termasuk salah-satu sendinya adalah mengesakan Allah dalam beribadah (Tauhid Ubudiyah). Kalimat sakral yang menjadi persyaratan dan merupakan pintu gerbang memasuki Islam adalah dasar pijakan keberagamaan dalam Islam. Lailaha Illallah Muhammadarrasulullah. Kalimat inilah yang melahirkan jawara-jawara dalam pentas pertarungan membela Islam, kalimat inipula yang menjadi ruh perjuangan para sahabat, dengannya pula bisa menghantarkan islam menyebar ke seluruh pelosok negri, dengannya pula musuh-musuh Islam pada zaman itu bertekuk lutut di hadapan islam.
Kalimat Lailaha Illallah ini mengandung dua konsep dasar dalam Islam yang pertama kalimat “la”menafikan (negasi) ilah-ilah selain Allah. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan ilah-ilah selain Allah adalah penyambahan baik itu berupa ketundukan selain Allah yang nyata seperti berhala ataupun ashnam (patung-patung). Pada titik ini juga, ketundukan kepada selain Allah sebut saja seperti uang harta dan jabatan, tunduk dan patuh kepada penguasa yang zhalim merupaka perkara yang menjadikan Allah sebagai tandingan. Setelah menegasikan tandingan-tandingan selain Allah pada konsep yang kedua dalam kalimat syahadat mengharuskan kita untuk menetapkan atau mengafirmasikan suatu keyakinan tunggal yaitu; “Illallah” dalam artian bahwa tidak ada yang berhak disembah dan dipuja selain Allah, kerena pengafirmasian inilah sudah menjadi konsekwensi logis dari Syahadat pertama kita, dan keharusan yang sifatnya pasti dan niscaya, bahwa segala sesuatu selain Allah bukanlah sesuatu layak untuk dipatuhi dan menyerahkan ketundukan secara total akan hal itu. Hal ini menjadi berbeda konteksnya ketika d
angkat dalam aplikasi ketaatan kepada orang tua.
Buah Tauhid
Di antara buah yang akan dipetik dari memahami tauhid diantaranya, yang disebutkan oleh para ulama adalah; (Baca Al-Ustaimin)
Melepaskan Penghambaan dan Perbudakan kepada selain Allah
Mengatur langkah dalam menjalani kehidupan agar senantiasa dalam rel dan keridhaan Ilahi
Menjadikan Allah sebagai tempat bergantung dan curahan pengharapan dan komunikasi vertical. Dan masih banyak lagi buah yang akan dipetik dari ketauhidan ini sesuai dengan ketaatan seseorang dan ketundukan kepada Uluhiyanya
Harapan kita semoga dengan bertauhid yang sesuai dengan apa yang seharusnya bagi Allah, kita bisa dengan itu menjalani kehidupan ini dengan optimis, dan keyakinan yang seutuhnya kepada Allah SWT.
0 Response to "Pemahaman Tauhid dan Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari "
Posting Komentar