1.
KOMUNIKASI VERBAL
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai
sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai
seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol
tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Keterbatasan Bahasa:
1.
Keterbatasan
jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata
adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda,
peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk
merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas
itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak
melukiskan sesuatu secara eksak.
Kata-kata sifat
dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin,
pintar-bodoh, dsb.
2.
Kata-kata
bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata
bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi
orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang
berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka
ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian
itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada
mahasiswanya yang nyontek.
3.
Kata-kata
mengandung bias budaya.
Bahasa terikat
konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia
dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat
kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara
berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama.
Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi
mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya
kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita,
sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.
Komunikasi
sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama.
Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya,
makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama.
Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur
kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila
komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan
yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman
yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.
4.
Percampuranadukkan
fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa
kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan
penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa
yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah
kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang
itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada:
Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu
untuk mencari nafkah? .... Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan
pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja.
Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang
pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat
kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam
kerjanya.
2.
KOMUNIKASI
NONVERBAL
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi
yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan
untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan
tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat
dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin
menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Klasifikasi pesan nonverbal.
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan
pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
- Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan
gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan
fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
Pesan fasial
menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok
makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan,
pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan
penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan
penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah
komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; b. Wajah
mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan;
c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d.
Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan
sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.
Pesan gestural
menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk
mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural
berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan
adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan
kesukaan dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada
diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di
depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat
bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila
postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
- Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak
dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita
dengan orang lain.
- Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan
tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang
sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan
persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh
ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
- Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang
berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal
yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara
berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
- Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima
sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang
disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat
mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan,
terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga
untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan
emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
Fungsi pesan nonverbal.
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994),
menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
- Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah
disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan
penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
- Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang
verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita
menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
- Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna
yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman
dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
- Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna
pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan
yang tidak terungkap dengan kata-kata.
- Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau
menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan
betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal
Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat
signifikan. Yaitu:
a.
Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal.
Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan
gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang
lainpun lebih banya ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b. Perasaan dan
emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
c. Pesan
nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan,
distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator
secara sadar.
d. Pesan
nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk
mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya
memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas
telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi,
kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e. Pesan
nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan
pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan
verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi.
Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
0 Response to "KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL"
Posting Komentar